Gejala krisis produksi pangan dan tuntutan pemenuhan kebutuhan dari
masyarakat sangat tidak memungkinkan metode pembudidayaan tanaman secara
tradisional dapat memberikan produksi tanaman yang diperlukan pada peningkatan produksi dan kualitas pangan. Varietas hybrida telah
dikembangkan untuk meningkatkan produksi nutrisi dari tanaman budidaya;
sebagai contoh kentang transgenik dimodifikasi untuk ditingkatkan
kandungan proteinnya. Beras transgenik dikembangkan dengan penambahan
vitamin A dan zat besi. Gandum hybrida dapat berproduksi pada lahan
dengan tingkat salinitas tinggi dan dalam kondisi kering. Modifikasi
transgenik pada tanaman pepaya dan tanaman kentang dikembangkan agar
kebal terhadap gangguan hama dan infeksi jamur. (Lichtfouse, 2010)
Strategi mitigasi transgenik mengandalkan pada pemisahan muatan genetik negatif tanaman hibrida yang dihasilkan melalui persilangan tanaman yang rentan dengan tanaman sejenis. Sebagai contoh, mitigasi yang baik pada gen kerdil bermanfaat bagi tanaman tetapi akan merugikan hibrida kerdil yang rentan karena kalah berkompetisi dengan tanaman transgenik yang berlawanan. Strategi mitigasi ini dihadapkan pada pandangan bahwa persebaran tanaman transgenik selalu mewariskan kerabat sebagai gen yang sesuai, meningkatkan ketahanan dan berpotensi pada taraf kekebalan tanaman. Selanjutnya pengujian transgenik pada tanaman seperti jagung yang memiliki ketahanan rendah, sedikit tongkol buah dan produksi serbuk sari dimana batas maksimal penyerbukan silang antar tanaman di sekitarnya memiliki presentase rendah berkisar 0,16%, hampir sama dengan regulasi Komisi Eropa tahun 1830-2003 yang mengatur ambang batas sebesar 0,9% pada tanaman yang berdampingan. Walaupun begitu, penyebaran tanaman transgenik meningkatkan susunan ekologi yang baru dan isu-isu ekonomi bagi para ilmuwan dan pembuat kebijakan untuk mempertimbangkan kembali pengendalian tanaman transgenik. Taksiran pada persebaran gen dan dampaknya pada sistem pertanian membutuhkan pemahaman secara menyeluruh tentang biologi dan ekologi pertanaman. (Rios, 2015)
Pendekatan pada tanaman transgenik menawarkan alternatif yang berguna di saat pemuliaan sisipan dan konvensional gagal meraih perbaikan tingkat nutrisi secara signifikan pada tanaman pertanian. Transgenik menjadi cara yang paling efektif dan alat yang menjanjikan untuk meningkatkan produktifitas dengan kandungan nutrisi yang tinggi. Rekayasa genetika juga telah mengatasi keterbatasan pemuliaan tanaman dan dapat digunakan pada gen yang diinginkan bahkan antar taksa sekalipun. Teknologi ini telah sukses dalam pengembangan tanaman tahan hama serta varietas tanaman tahan herbisida dan telah tersedia di pasaran. (Mohandas, 2016)
DAFTAR PUSTAKA:
Lichtfouse, Eric, 2010. Genetic Engineering, Biofertilisation, Soil Quality and Organic Farming. Springer Science Business Media, France.
Mohandas S, Ravishankar K V, 2016. Banana: Genomics and Transgenic Approaches for Genetic Improvement. Division of Biotechnology ICA, India.
Rios R O, 2015. Plant Breeding in the Omics Era. Department of Plant Breeding Swedish University of Agricultural Science, Sweden.
Strategi mitigasi transgenik mengandalkan pada pemisahan muatan genetik negatif tanaman hibrida yang dihasilkan melalui persilangan tanaman yang rentan dengan tanaman sejenis. Sebagai contoh, mitigasi yang baik pada gen kerdil bermanfaat bagi tanaman tetapi akan merugikan hibrida kerdil yang rentan karena kalah berkompetisi dengan tanaman transgenik yang berlawanan. Strategi mitigasi ini dihadapkan pada pandangan bahwa persebaran tanaman transgenik selalu mewariskan kerabat sebagai gen yang sesuai, meningkatkan ketahanan dan berpotensi pada taraf kekebalan tanaman. Selanjutnya pengujian transgenik pada tanaman seperti jagung yang memiliki ketahanan rendah, sedikit tongkol buah dan produksi serbuk sari dimana batas maksimal penyerbukan silang antar tanaman di sekitarnya memiliki presentase rendah berkisar 0,16%, hampir sama dengan regulasi Komisi Eropa tahun 1830-2003 yang mengatur ambang batas sebesar 0,9% pada tanaman yang berdampingan. Walaupun begitu, penyebaran tanaman transgenik meningkatkan susunan ekologi yang baru dan isu-isu ekonomi bagi para ilmuwan dan pembuat kebijakan untuk mempertimbangkan kembali pengendalian tanaman transgenik. Taksiran pada persebaran gen dan dampaknya pada sistem pertanian membutuhkan pemahaman secara menyeluruh tentang biologi dan ekologi pertanaman. (Rios, 2015)
Pendekatan pada tanaman transgenik menawarkan alternatif yang berguna di saat pemuliaan sisipan dan konvensional gagal meraih perbaikan tingkat nutrisi secara signifikan pada tanaman pertanian. Transgenik menjadi cara yang paling efektif dan alat yang menjanjikan untuk meningkatkan produktifitas dengan kandungan nutrisi yang tinggi. Rekayasa genetika juga telah mengatasi keterbatasan pemuliaan tanaman dan dapat digunakan pada gen yang diinginkan bahkan antar taksa sekalipun. Teknologi ini telah sukses dalam pengembangan tanaman tahan hama serta varietas tanaman tahan herbisida dan telah tersedia di pasaran. (Mohandas, 2016)
DAFTAR PUSTAKA:
Lichtfouse, Eric, 2010. Genetic Engineering, Biofertilisation, Soil Quality and Organic Farming. Springer Science Business Media, France.
Mohandas S, Ravishankar K V, 2016. Banana: Genomics and Transgenic Approaches for Genetic Improvement. Division of Biotechnology ICA, India.
Rios R O, 2015. Plant Breeding in the Omics Era. Department of Plant Breeding Swedish University of Agricultural Science, Sweden.
Comments
Post a Comment