Skip to main content

Kandungan Nitrogen dalam Tanah

        Keseimbangan nitrogen dan penggunaannya pada lahan pertanian secara efisien dikalkulasikan pada dua kali masa tanam. Penggunaan tidak hanya dari mineral nitrogen dan pupuk organik, tetapi juga berasal dari nitrogen sisa siklus pertanian sebelumnya (perbandingan potensi penyimpanan mineral nitrogen oleh tanah dengan jumlah nitrogen yang digunakan pada tahun yang sama). Jumlah nitrogen yang tidak digunakan masih disimpan untuk pertumbuhan tanaman pada masa pertanian berikutnya (meskipun juga terdapat resiko kehilangan melalui leaching/pencucian serta penguapan). Jadi, kita mengurangi jumlah nitrogen yang tersimpan dalam tanah dengan penggunaan nitrogen pada hasil panen. (David, 2013)

        Terbatasnya ketersediaan lahan yang subur menjadi inti permasalahan kekurangan pangan di banyak wilayah di daerah tropis, terutama di negara Afrika. Pupuk akan memainkan peran kunci pada strategi ini. Percobaan di Afrika Barat menunjukkan respon baik yang diperoleh dari penggunaan pupuk dan analisis ekonomi dari hasil eksperimen menunjukkan peningkatan produksi juga ditujukan pada peningkatan laba bagi para petani. Namun, penyediaan pupuk membutuhkan biaya yang mahal dan berpotensi merusak lingkungan. Efisiensi harus dimaksimalkan dengan menerapkan kapasitas dan waktu penggunaan pupuk yang tepat untuk memperhitungkan mineralisasi unsur N, baik pada tanah maupun residu tanaman serta kebutuhan tanaman agar dapat mencapai hasil yang ditergetkan. Proses mineralisasi jumlahnya signifikan terutama pada tanah yang baru digarap dan tanah dengan kandungan bahan organik tinggi atau ketika penggunaan kompos kaya nitrogen. Pertimbangan yang sama, berlaku untuk mineral nutrisi lainnya seperti unsur S (sulfur) dan P (fosfor). Penyesuaian pupuk dilakukan dengan pengukuran dari kandungan mineral N tanah dan potensi mineralisasi N atau dengan model prediksi pra-mineralisasi N untuk rekomedasi pemupukan. (Ahmad, 2012)

         Penambahan nitrogen (N) dari pupuk, kotoran ternak dan bahan lainnya adalah sumber utama emisi N2O (nitrous-oxide) pada lahan pertanian. Emisi nitrogen biasa ditemukan ketika persediaan nitrogen dalam tanah melebihi dari yang dibutuhkan tanaman, baik karena jumlahnya atau lamanya unsur N digunakan tidak setara dengan yang dibutuhkan tanaman. Strategi untuk mengurangi emisi N2O biasanya melibatkan manjemen yang lebih baik dari siklus nitrogen untuk mengurangi kebocoran N dari sistem, baik berbentuk nitrat dalam air maupun N2O pada atmosfer. (Brouwer, 2006)

         Amonia (NH3), N2O, dan nitrik oksida (NO) dilepaskan ke atmosfer sebagai imbas dari kegiatan pertanian. Pencucian nitrat (NO3) ke dalam sistem perairan juga berbahaya apabila manajemen tanah yang dilakukan tidak sesuai. N2O adalah gas rumah kaca dengan potensi pemanasan global 300 kali karbon dioksida (CO2). Pertanian adalah sumber utama emisi N2O dan bertanggung jawab terhadap 65% total polutan N2O. Timbunan polutan jenis nitrogen disebut sebagai nitrogen reaktif. Biochar sangat efektif dalam mengurangi jumlah pelepasan jenis nitrogen reaktif. Sebagai contoh, pemberian biochar menunjukkan pengurangan emisi N2O sekitar 50% sepanjang bentangan tanah dan ekosistem. (Bruckman, 2016)

DAFTAR PUSTAKA:
 Ahmad N, 2012. Nitrogen Economy in Tropical Soils. The University of the West Indies, Trinidad.
 Brouwer F, McCarl B A, 2006. Agriculture and Climate Beyond 2015: A New Perspective on Future Land Use Patterns. Department of Agricultural Economics, Texas.
 Bruckman V J, Varol E A, Uzun B B, Jay Liu, 2016. Biochar: A Regional Supply Chain Approach in View of Climate Change Mitigation. Cambridge University Press, UK.
 Dent, David, 2013. Soil as World Heritage. State Publisher of Agricultural Literature, Moscow.

Comments

Popular posts from this blog

Perbedaan istilah kebun, sawah, ladang dan taman

     Kebun adalah istilah yang digunakan untuk menamai suatu bentangan lahan pertanian yang memiliki cakupan area yang luas. Karakteristik yang menonjol adalah komoditi yang ditanam sejenis dengan kapasitas pengelolaan lahan yang tinggi. Tenaga kerja tergolong ahli sehingga tiap orang dapat menangani area pertanian yang luas. Nama ini lebih sering kita jumpai dengan penyebutan kata "perkebunan".      Sawah adalah lahan pertanian terarah dengan komoditi pertaniannya didominasi tanaman-tanaman jenis serealia. Di Indonesia, lahan persawahan sangat dikenal dengan tanaman padinya. Lahan pertanian untuk tanaman serealia diusahakan pada bentangan yang datar karena jenis tanaman ini mudah rubuh jika terkena tiupan angin kencang.      Ladang adalah jenis tanah tidur yang masih dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian dengan komoditi umumnya sejenis palawija. Tanaman palawija tahan terhadap cuaca yang cenderung kering. Ladang memiliki kelebihan karena lokasinya dapat ditempatkan

Legalisasi industri mebel

     Legalisasi (pengesahan) permebelan menjadi bukti bahwasanya produk yang dihasilkan dari proses pengolahan dalam kegiatan manufaktur bahan baku kayu olahan berasal dari jalur yang aman tanpa memberikan efek kerusakan pada alam seperti ilegal logging / pembalakan liar, pencurian kayu industri, penggelapan bahan baku perkayuan serta kegiatan yang berpotensi merusak alam lainnya. Berikut merupakan syarat dan data perizinan yang berlaku di Indonesia: A. Industri Mebel 1. Surat Izin Usaha Perdagangan / SIUP Landasan Hukum: Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 36/M-DAG/PER/9/2007 Persyaratan Permohonan Izin: untuk Perusahaan yang berbentuk CV. dan Firma, - Fotokopi Akta Notaris Pendirian Perusahaan / Akta Notaris yang telah didaftarkan di Pengadilan Negeri - Fotokopi Kartu Tanda Penduduk/KTP Pemilik atau Pengurus atau Penanggungjawab Perusahaan - Surat Pernyataan dari Pemohon SIUP tentang lokasi usaha Perusahaan  - Foto Pemilik atau Pengurus atau Penang

Dekomposisi, Kontaminasi, Fermentasi dan Preservasi pada makanan

    Pembusukan / kerusakan produk makanan adakalanya berasal dari dekomposisi dan terkadang melalui kontaminasi zat tertentu. Keduanya mengalami perubahan kandungan nutrisi, tetapi dibedakan dengan adanya dekomposer dan zat kontaminan.     Dekomposer mengacu pada organisme yang dapat mempercepat terjadinya dekomposisi. Sedangkan, Zat kontaminan merupakan suatu zat yang tertambahkan dalam objek sehingga terjadi kontaminasi.     Organisme pendekomposisi diantaranya semut, belatung, jamur, dan bakteri. Perubahan nutrisi ditandai dengan berkurangnya protein terkandung akibat dekomposer dan muncul bau tidak sedap.     Kontaminasi bisa berasal dari organisme, zat kimia, maupun benda fisik yang jika termakan / dikonsumsi dapat mengakibatkan gangguan kesehatan bagi manusia. Gejala dan akibat yang ditimbulkan berbeda-beda, mulai dari mual hingga beresiko kanker.     Fermentasi pada umumnya, merupakan proses pengawetan dengan bantuan ragi. Glukosa dalam bahan baku makanan dirombak menghasil