Peternakan menunjang kegiatan konservasi tanah dan dapat meningkatkan kesuburan tanah. Rerumputan dan legum yang digunakan sebagai pakan ternak merupakan tanaman yang cocok untuk konservasi tanah. Keduanya, membentuk lapisan hijau pelindung tanah yang mampu menahan pergerakan tanah akibat erosi angin dan air. Mineral selalu berpindah dari tanah menuju tanaman untuk mengoptimalkan proses pertumbuhan. Saat tanaman ini dijadikan pakan pada peternakan, sekitar 80% kandungan mineral dieksresikan pada kotoran ternak. Dengan penggunaan kotoran ternak pada tanah pertanian, kehilangan tingkat kesuburan tanah dapat ditekan. (Flanders, 2015)
Pemerintah Saudi Arabia menganjurkan dilakukannya investasi pada sektor agribisnis dan penyedia permodalan setingkat dengan bidang industri teknik dengan mendukung serta pemberian insentif pada lahan pertanian. Kebijakan ini telah diimplementasikan beberapa waktu lalu oleh kebijakan Kerajaan untuk mempromosikan kekayaan sektor pertanian dan akhirnya mencapai swasembada pangan. Hasilnya, proyek indutri peternakan semakin dikembangkan, khususnya peternakan sapi-perah melalui import sapi hidup. Ternak lain seperti unta, domba, dan kambing ditingkatkan secara tradisional pada banyak peternakan intensif. Domba merupakan jenis ternak yang paling populer. Terdapat lebih dari 11 juta domba di Saudi Arabia pada tahun 2012, melebihi jumlah total ternak unta, sapi dan kambing. (Mugunieri, 2015)
Source: FAOSTAT 2014
Emisi gas rumah kaca, secara eksplisit terdapat pada metana dan nitro-oksida menjadi perhatian utama terkait dengan produksi peternakan. Emisi metana yang dihasilkan dari peternakan tidak hanya memainkan peran yang cukup besar pada pemanasan global dan perubahan iklim, tetapi juga melambangkan terjadinya kehilangan substansi pada energi makanan. Ekskresi peternakan juga menghasilkan metana dan nitro-oksida, jika dibandingkan besarnya emisi gas rumah kaca yang tidak sebanyak itu dari sumber lainnya dan selalu bergantung pada sistem manajemen eksresi yang mana berbeda-beda tiap negara. FAO (Food and Agricultural Organization) mengantisipasi terjadinya emisi gas rumah kaca dari sektor peternakan yang jumlahnya berkali-lipat pada 35 s.d 40 tahun mendatang sesuai dengan jumlah peternakan dan menjadi isu yang diperdebatkan pada kontribusi gas rumah kaca secara luas. (Malik, 2015)
DAFTAR PUSTAKA:
Flanders F B, Gillespie J R, 2015. Modern Livestock & Poultry Production. Cengage Learning, USA.
Malik P K, Bhatta R, Takahashi J, 2015. Livestock Production and Climate Change. National Institute of Animal Nutrition and Physiology, India.
Mugunieri G L, Mtimet N, Enock K, Costagli R, Gulaid I, 2015. Saudi Arabia End-Market Requirements and the Implications for Somaliland Livestock Exports. Terra Nuova, Italy.
Pemerintah Saudi Arabia menganjurkan dilakukannya investasi pada sektor agribisnis dan penyedia permodalan setingkat dengan bidang industri teknik dengan mendukung serta pemberian insentif pada lahan pertanian. Kebijakan ini telah diimplementasikan beberapa waktu lalu oleh kebijakan Kerajaan untuk mempromosikan kekayaan sektor pertanian dan akhirnya mencapai swasembada pangan. Hasilnya, proyek indutri peternakan semakin dikembangkan, khususnya peternakan sapi-perah melalui import sapi hidup. Ternak lain seperti unta, domba, dan kambing ditingkatkan secara tradisional pada banyak peternakan intensif. Domba merupakan jenis ternak yang paling populer. Terdapat lebih dari 11 juta domba di Saudi Arabia pada tahun 2012, melebihi jumlah total ternak unta, sapi dan kambing. (Mugunieri, 2015)
Jenis Ternak
(ekor)
|
Tahun
| |||||
2007
|
2008
|
2009
|
2010
|
2011
|
2012
| |
Ayam
|
145.000.000
|
146.000.000
|
146.000.000
|
148.200.000
|
175.900.000
|
179.000.000
|
Unta
|
279.338
|
241.893
|
229.871
|
230.000
|
240.000
|
260.000
|
Sapi
|
421.000
|
417.758
|
424.489
|
404.000
|
497.000
|
500.000
|
Kambing
|
4.853.000
|
4.393.000
|
3.809.000
|
3.408.000
|
3.382.000
|
3.400.000
|
Domba
|
8.082.852
|
6.974.779
|
5.885.532
|
8.741.000
|
10.096.000
|
11.000.000
|
Emisi gas rumah kaca, secara eksplisit terdapat pada metana dan nitro-oksida menjadi perhatian utama terkait dengan produksi peternakan. Emisi metana yang dihasilkan dari peternakan tidak hanya memainkan peran yang cukup besar pada pemanasan global dan perubahan iklim, tetapi juga melambangkan terjadinya kehilangan substansi pada energi makanan. Ekskresi peternakan juga menghasilkan metana dan nitro-oksida, jika dibandingkan besarnya emisi gas rumah kaca yang tidak sebanyak itu dari sumber lainnya dan selalu bergantung pada sistem manajemen eksresi yang mana berbeda-beda tiap negara. FAO (Food and Agricultural Organization) mengantisipasi terjadinya emisi gas rumah kaca dari sektor peternakan yang jumlahnya berkali-lipat pada 35 s.d 40 tahun mendatang sesuai dengan jumlah peternakan dan menjadi isu yang diperdebatkan pada kontribusi gas rumah kaca secara luas. (Malik, 2015)
DAFTAR PUSTAKA:
Flanders F B, Gillespie J R, 2015. Modern Livestock & Poultry Production. Cengage Learning, USA.
Malik P K, Bhatta R, Takahashi J, 2015. Livestock Production and Climate Change. National Institute of Animal Nutrition and Physiology, India.
Mugunieri G L, Mtimet N, Enock K, Costagli R, Gulaid I, 2015. Saudi Arabia End-Market Requirements and the Implications for Somaliland Livestock Exports. Terra Nuova, Italy.
Comments
Post a Comment