Sebagai sesama produsen komoditi segar, sudah seharusnya ada usaha saling bahu-membahu untuk memenuhi kuota produk sehingga terjadi kondisi ketahanan pangan. Kepuasan konsumen saat terpenuhinya segala kebutuhan produk segar diharapkan mampu menunjang segala proses produksi skala global. Kerja sama antar pelaku usaha ditujukan untuk mengurangi intrik sosial yang bersifat negatif. Kejadian 'saling salah-menyalahkan' dapat dihindari apabila terjadi masalah di kemudian hari.
Kerja sama selalu dapat direalisasikan pada berbagai lini produksi. Fakta di lapangan, menunjukkan para petani/peternak/petambak sama-sama antusias untuk terus melakukan peningkatan pada sistem produksi. Saling sharing pengalaman di antara para produsen, mampu menghasilkan 'kiat-kiat sukses usaha produksi'. Selanjutnya, metode yang didapat diterapkan pada proses produksi. Penelitian seperti di atas sering kali memberikan nilai positif yang mendorong pada penyempurnaan kegiatan produksi.
Kinerja ganda juga dapat ditemui pada pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM). Produsen merangkap jabatan sebagai petani sekaligus peternak maupun petambak. Hanya saja, hal ini dilakukan pada kuota yang relatif kecil. Rangkap jabatan ini dilakukan, karena pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) hanya memiliki modal yang terbatas. Penghasilan yang didapat dari dua hingga tiga model usaha seperti ini, diharapkan mampu memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga, juga sebagai modal balik pada proses produksi selanjutnya.
Rangkap jabatan pada model usaha di atas akan sulit dilakukan oleh perorangan pada skala yang lebih besar. Perusahaan produsen biasanya merekrut para ahli pada bidang pertanian, peternakan dan perikanan secara sendiri-sendiri, agar proses produksi berjalan maksimal. Lalu hasil produksinya dapat dipasarkan secara serentak. Metode seperti ini, dapat lebih fleksibel jika digunakan pada partai dengan kuota yang besar.
Intrik sosial yang dihadapi oleh petani dan peternak adalah jumlah lahan produksi. Petani membutuhkan lahan untuk media menanam, sedangkan peternak membutuhkan lahan untuk menggembala maupun grazing (ngarit). Petani dan peternak yang memiliki lahan sendiri-sendiri biasanya tidak terdampak pada intrik sosial tersebut. Bahkan banyak petani dan peternak mandiri yang telah bekerja sama dengan pengadaan bahan produksi. Petani membutuhkan pupuk kandang yang hanya bisa didapat dengan mudah pada usaha peternakan, sedangkan peternak membutuhkan pakan berprotein yang bisa didapat dengan mudah pada usaha pertanian setelah proses panen dilakukan. Hal ini, malah merubah keadaan dari dulunya membawa intrik sosial dan kini menjadi income sosial.
Begitu pula yang dialami antara petani dengan petambak. Namun, dalam hal ini yang dipertaruhkan bukan pada penyediaan lahan, melainkan penyediaan bahan baku air bersih untuk berproduksi. Aliran air irigasi maupun persediaan air pompa bersih di dalam tanah sering kali diperebutkan oleh petani dan petambak. Walhasil, dapat terjadi kelangkaan air bersih untuk produksi pada usaha pertanian dan tambak. Ditambah lagi, dengan adanya output air pada proses produksi yang biasanya telah tercemar dengan pupuk kimia pada usaha pertanian. Air output pada usaha pertambakan pun biasanya juga telah terkontaminasi dengan banyaknya kotoran ikan, bangkai mati, pakan sisa yang mengendap dan hal serupa pada kolam tambak budidaya. Intrik sosial pada penyediaan air ini, malah sepertinya lebih tragis jika dilihat pada sebab dan akibat yang ditimbulkan.
Sinergi antara petani dengan petambak maupun pembudidaya ikan di kolam lebih diperlukan untuk menjaga ketersediaan air bersih pada usaha produksi. Kemahiran pelaku usaha dalam melakukan water recycle (perputaran air) pada proses produksi juga dibutuhkan. Penggunaan zat yang aman juga mempengaruhi kualitas kebersihan air. Terlalu banyak zat kimia yang digunakan pada proses produksi pertanian maupun tambak/kolam budidaya ikan berpengaruh buruk pada output air semasa produksi. Butuh beberapa perlakuan khusus untuk dapat menetralisir zat kimia kontaminan dalam air agar dapat digunakan kembali pada proses produksi selanjutnya. Zat kontaminan dapat menyebabkan berbagai penyakit apabila tersisip pada bagian yang akan kita makan. Pada keadaan tertentu, terkadang dibutuhkan biaya yang mahal atau waktu yang cukup lama untuk mengkondisikan air agar tetap baik untuk proses produksi.
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya intrik sosial antara petani dengan petambak antara lain, dengan memberikan suplai air sewajarnya untuk input produksi pada bidang pertanian maupun tambak dan kolam budidaya ikan. Menggunakan pupuk dan pestisida yang aman dan tidak mengkontaminasi aliran air pada usaha pertanian. Menggunakan pakan yang sewajarnya, tidak berlebihan pada produksi perikanan yang berimbas pada kekeruhan air tempat budidaya ikan. Menyediakan tempat karantina air pada usaha perikanan sebelum air dibuang ke sungai ataupun saluran irigasi sejenis. Pemberlakuan sistem irigasi yang berimbang pada kedua bidang usaha tersebut dan tidak terkesan pilih-kasih. Kemandirian dan saling peduli para pelaku usaha dalam memanajemen kinerja usaha masing-masing.
Comments
Post a Comment