Skip to main content

Fermentasi Produk Pertanian

           Penelitian tentang ragi telah dimulai sejak akhir abad ke-16 tidak berselang lama setelah penemuan mikroskop. Akan tetapi, riset secara intensif baru dilakukan pada penghujung abad ke-17 s.d awal abad 18. Para ilmuan mendatangkan beberapa teori yang pada akhirnya kita ketahui sebagai realita pada masa kini, mereka mengemukakan bahwa ragi sebagai organisme bersel tunggal dan bertanggung jawab pada proses fermentasi alkohol. Akan tetapi, tak ada seorang pun yang benar-benar mendasarkan pada fakta bahwa ragi bermetabolime pada gula sehingga menghasilkan alkohol dan karbon dioksida (CO2). Hingga pada akhir tahun 1830-an, penelitian ragi difokuskan pada fakta bawa aktivitas sel ragi adalah sumber dari produksi alkohol dan karbon dioksida. (White, 2010)

          Pembuatan fisiologi bakteri pasteur dengan penelitian proses fermentasi membuka horizon pengetahuan pada aktivitas mikroorganisme. Karya ini, jelas menunjukkan bahwa berbagai jenis bakteri memiliki fungsi yang spesifik dan berbeda pada perubahan kimia yang mereka hasilkan. Hal ini, mungkin dianggap sebagai titik awal untuk penelitian pada berbagai buah-buahan. Bakteri ini selanjutnya dibedakan tidak hanya dari penampilannya saja, tetapi juga dengan transformasi kimia yang mereka hasilkan. Mereka dianggap sebagai agen kimia yang sangat penting. Sebagai media pembangun dan pemecah substansi pada sayuran dan hewan, baik berbentuk organik maupun anorganik di saat ada udara maupun tanpa adanya udara bebas. (Shurtleff, 2015)

           Salah satu tantangan besar adalah menghidupkan kembali produk pangan lokal dengan menghindari peniruan produk yang telah terkenal di masyarakat serta mengembangkan strategi untuk merubah tanaman yang paling mudah tumbuh dan ketersediaanya berlimpah di setiap wilayah menjadi produk yang dapat memuaskan kita. Masyarakat di setiap daerah memiliki tradisi mengolah buah-buahan dan produk pertanian lainnya yang memiliki kandungan karbohidrat menjadi alkohol. Mirip seperti anggur wine. Tak perlu selalu bergantung pada kebun anggur monokultur di setiap lahan pertanian untuk memenuhi kebutuhan kita. (Katz, 2012)

          Terapi penyembuhan menggunakan makanan sering kali dikaitkan dengan proses fermentasi dengan merubah kandungan fisik dan kimianya, yang menjadikan makanan tersebut lebih bernutrisi dan lebih menyehatkan. Selama proses fermentasi, inokulasi mikroba membebaskan berbagai macam bakteri baik. Juga terjadi perombakan unsur kompleks pada bahan makanan (karbohidrat, protein dan lemak) menjadi molekul sederhana yang bioactive, mudah dicerna serta memiliki kandungan nutrisi yang berlimpah. Produk makanan fermentasi berbahan dasar dari susu, daging, minuman, biji-bijian maupun roti yang telah dikenal di seluruh penjuru dunia dan masing-masing wilayah secara geografis memiliki makanan khasnya tersendiri. Sebagai contoh, miso di Jepang, douche dan sufu di China, tempe di Indonesia, idli dan dosa di India, serta yogurt dan keju di Eropa dan USA. (Puniya, 2015)

           Fermentasi biji-bijian juga bermanfaat bagi kesehatan. Hal ini, dapat dilakukan dengan menambahkan ragi pada campuran air dan biji. Pertumbuhan ragi merilis protein dari dalam larutan air  dan meningkatkan kandungan asam amino lisin dengan konsentrasi rendah pada biji-bijian untuk mencukupi kebutuhan nutrisi manusia. Di samping itu, pertumbuhan ragi mensintesis niasin yang dibutuhkan manusia agar terhindar dari wabah pelagra. (Sinclair, 2010)


DAFTAR PUSTAKA;
 Katz S. E., Pollan M., 2012. The Art of Fermentation: An In-Depth Exploration of Essential Concepts and Processes from Around The World. Chelsea Green Publishing, USA.
 Puniya A. K., 2015. Fermented Milk and Dairy Products. CRC Press Taylor & Francis Group, Boca Raton.
 Sinclair T. R., Sinclair C. J., 2010. Bread, Beer and Seed's of Change: Agriculture Imprint on World History. Wallingford, Oxfordshire.
Shurtleff W., Aoyagi A., 2015. History of Soybeans and Soyfoods In Germany(1712-2015): Extensively Annotated Bibliography and Source Book. Soyinfo Center, USA.
 White C., Zainasheff J., 2010. Yeast: The Practical Guide to Beer Fermentation. A Division of Brewer Association Boulder, Colorado.

Comments

Popular posts from this blog

Perbedaan istilah kebun, sawah, ladang dan taman

     Kebun adalah istilah yang digunakan untuk menamai suatu bentangan lahan pertanian yang memiliki cakupan area yang luas. Karakteristik yang menonjol adalah komoditi yang ditanam sejenis dengan kapasitas pengelolaan lahan yang tinggi. Tenaga kerja tergolong ahli sehingga tiap orang dapat menangani area pertanian yang luas. Nama ini lebih sering kita jumpai dengan penyebutan kata "perkebunan".      Sawah adalah lahan pertanian terarah dengan komoditi pertaniannya didominasi tanaman-tanaman jenis serealia. Di Indonesia, lahan persawahan sangat dikenal dengan tanaman padinya. Lahan pertanian untuk tanaman serealia diusahakan pada bentangan yang datar karena jenis tanaman ini mudah rubuh jika terkena tiupan angin kencang.      Ladang adalah jenis tanah tidur yang masih dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian dengan komoditi umumnya sejenis palawija. Tanaman palawija tahan terhadap cuaca yang cenderung kering. Ladang memiliki kelebihan karena lokasinya dapat ditempatkan

Legalisasi industri mebel

     Legalisasi (pengesahan) permebelan menjadi bukti bahwasanya produk yang dihasilkan dari proses pengolahan dalam kegiatan manufaktur bahan baku kayu olahan berasal dari jalur yang aman tanpa memberikan efek kerusakan pada alam seperti ilegal logging / pembalakan liar, pencurian kayu industri, penggelapan bahan baku perkayuan serta kegiatan yang berpotensi merusak alam lainnya. Berikut merupakan syarat dan data perizinan yang berlaku di Indonesia: A. Industri Mebel 1. Surat Izin Usaha Perdagangan / SIUP Landasan Hukum: Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 36/M-DAG/PER/9/2007 Persyaratan Permohonan Izin: untuk Perusahaan yang berbentuk CV. dan Firma, - Fotokopi Akta Notaris Pendirian Perusahaan / Akta Notaris yang telah didaftarkan di Pengadilan Negeri - Fotokopi Kartu Tanda Penduduk/KTP Pemilik atau Pengurus atau Penanggungjawab Perusahaan - Surat Pernyataan dari Pemohon SIUP tentang lokasi usaha Perusahaan  - Foto Pemilik atau Pengurus atau Penang

Dekomposisi, Kontaminasi, Fermentasi dan Preservasi pada makanan

    Pembusukan / kerusakan produk makanan adakalanya berasal dari dekomposisi dan terkadang melalui kontaminasi zat tertentu. Keduanya mengalami perubahan kandungan nutrisi, tetapi dibedakan dengan adanya dekomposer dan zat kontaminan.     Dekomposer mengacu pada organisme yang dapat mempercepat terjadinya dekomposisi. Sedangkan, Zat kontaminan merupakan suatu zat yang tertambahkan dalam objek sehingga terjadi kontaminasi.     Organisme pendekomposisi diantaranya semut, belatung, jamur, dan bakteri. Perubahan nutrisi ditandai dengan berkurangnya protein terkandung akibat dekomposer dan muncul bau tidak sedap.     Kontaminasi bisa berasal dari organisme, zat kimia, maupun benda fisik yang jika termakan / dikonsumsi dapat mengakibatkan gangguan kesehatan bagi manusia. Gejala dan akibat yang ditimbulkan berbeda-beda, mulai dari mual hingga beresiko kanker.     Fermentasi pada umumnya, merupakan proses pengawetan dengan bantuan ragi. Glukosa dalam bahan baku makanan dirombak menghasil