Cacing dari filum Acanthocephala (bahasa Yunani: akantha, tulang atau duri + kephale, kepala) dikenal sebagai cacing berkepala duri karena ciri dari organ utama tubuh mereka yang disebut proboscis (mirip belalai). Acanthocephalan merupakan cacing berumah dua (dioecious), yang sebagian rongga internalnya tertutup mesoderm (pseudocoelomate), dan hidupnya sangat mirip parasit karena tidak memiliki mulut dan sistem pencernaan. Cacing menyerap nutrisi langsung melalui sistem integumen mereka. Acanthocephalans dewasa memiliki ukuran yang sangat bervariasi, mulai dari beberapa milimeter hingga panjangnya melebihi 10 cm tergantung pada spesies dan ditemukan secara eksklusif pada usus kecil hewan vertebrata. Semua acanthocephalans menunjukkan siklus hidup tidak langsung, dimana hewan vertebrata sebagai organisme reservoir terinfeksi dengan menelan larva yang dikenal sebagai cystacanths, yang dibawa dalam rongga tubuh (hemocoel) oleh arthropoda sebagai hewan perantara. (Atkinson, 2009)
Karakteristik penyebaran cacing Acanthocephalan
a. Perantara:
- Parasit Archiachantocephala
- Moniliformida: Moniliformis moniliformis
- Oligocanthorhynchida: Maracanthorhynchus hirudinaceus
b. Organisme reservoir:
- babi (Maracanthorhynchus)
- rubah (Moniliformis)
- tikus
c. Vektor: -
d. Penyebab: ingestion, masuknya serangga dalam rongga pencernaan
e. Waktu yang diperlukan untuk inkubasi penyakit:- sekitar 15-40 hari
f. Diagnosa yang dapat dilakukan: Identifikasi cacing dalam tinja
g. Pengobatan untuk dewasa/anak:
- Biasanya dapat sembuh sendiri
- Khusus untuk cacing parasit Moniliformis moniliformis menggunakan Pirantel pamoat
11mg/kg PO sekali/2minggu
h. Gejala klinis:
- Sebagian besar infeksi ditandai dengan berlalunya infeksi tanpa gejala klinis akibat cacing parasit ini
- Dalam beberapa kasus, muncul keluhan rasa tidak nyaman di daerah sekitar perut dan pusing
i. Disebut juga dengan istilah: Corynosoma, Macracanthorhyncus, Moniliform acanthocephalan, Moniliformis moniliformis
(Berger, 2017)
Daftar Pustaka:
Atkinson C T, Thomas N J, Hunter D B, 2009. Parasitic Diseases of Wild Birds. Wiley-BlackWell, A John Wiley & Sons, Ltd., Publication
Berger S, 2017. Infectious Disease of Indonesia: 2017 Edition. GIDEON Informatics, Inc. USA.
Karakteristik penyebaran cacing Acanthocephalan
a. Perantara:
- Parasit Archiachantocephala
- Moniliformida: Moniliformis moniliformis
- Oligocanthorhynchida: Maracanthorhynchus hirudinaceus
b. Organisme reservoir:
- babi (Maracanthorhynchus)
- rubah (Moniliformis)
- tikus
c. Vektor: -
d. Penyebab: ingestion, masuknya serangga dalam rongga pencernaan
e. Waktu yang diperlukan untuk inkubasi penyakit:- sekitar 15-40 hari
f. Diagnosa yang dapat dilakukan: Identifikasi cacing dalam tinja
g. Pengobatan untuk dewasa/anak:
- Biasanya dapat sembuh sendiri
- Khusus untuk cacing parasit Moniliformis moniliformis menggunakan Pirantel pamoat
11mg/kg PO sekali/2minggu
h. Gejala klinis:
- Sebagian besar infeksi ditandai dengan berlalunya infeksi tanpa gejala klinis akibat cacing parasit ini
- Dalam beberapa kasus, muncul keluhan rasa tidak nyaman di daerah sekitar perut dan pusing
i. Disebut juga dengan istilah: Corynosoma, Macracanthorhyncus, Moniliform acanthocephalan, Moniliformis moniliformis
(Berger, 2017)
Daftar Pustaka:
Atkinson C T, Thomas N J, Hunter D B, 2009. Parasitic Diseases of Wild Birds. Wiley-BlackWell, A John Wiley & Sons, Ltd., Publication
Berger S, 2017. Infectious Disease of Indonesia: 2017 Edition. GIDEON Informatics, Inc. USA.
Comments
Post a Comment