Produk kelapa sawit banyak digunakan untuk keperluan memasak, kosmetik dan produksi biofuel yang menggunakan katalis homogen. Bidang penelitian utama pada produksi bio-diesel dari minyak sawit difokuskan pada dasar produksi dan katalis asam heterogen, mencari bahan berbasis bio terbarukan seperti glukosa terkarbonisasi lengkap dan serat pati untuk trans-esterifikasi yang super kritis. Katalis anorganik berasal dari nikel (Ni/HZSM-5) atau katalis oksida campuran terbentuk dari rantai CaO-CeO2 dan yang lainnya telah diuji dan menunjukkan hasil yang baik, tetapi juga ada beberapa fase pencucian aktif dan inaktivasi pori pada saat tahap pengisian. (Luque, 2016)
Asosiasi minyak kelapa sawit (RSPO) berjanji untuk meningkatkan permintaan global dan standar kredibilitas. Beberapa stakeholder mengakui bahwa standar global pihak swasta kemungkinan tidak dilengkapi dengan respon efektif untuk membedakan konteks sosioekologi sehingga hasilnya tidak menjangkau perubahan pangsa pasar dan mengatasi kegiatan deforestasi pada skala yang dibutuhkan agar cukup berdampak positif di planet ini. Saat ini, kepala RSPO punya andil besar dengan membawa produsen minyak kelapa sawit terbesar, agen cleanser serta industri makanan ke bisnis agrofuel negara-negara Barat. Pada prosesnya, RSPO menekan perusahaan tersebut agar dapat mengadopsi upaya perlindungan lingkungan dan sosial secara lebih ketat untuk memastikan kecocokan dengan nilai dan tujuan standar fundamental negara Barat, sebagaimana yang diatur oleh Uni Eropa. (White, 2015)
Temuan kami menunjukkan bahwa hubungan stakeholder dengan jumlah resiko yang ditanggung menjadi motivasi yang jauh lebih kuat pada perubahan sektor minyak kelapa sawit. Resiko bisnis dan finansial yang menyebabkan konflik komunitas serta resiko perniagaan yang menyerang reputasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) merubah pola kerja yang kerap digunakan. Aturan yang diterapkan oleh pemerintah daerah dan perlindungan politik di Indonesia menjadi penahan diberlakukannya standar sistem berkelanjutan pada praktik bisnis minyak kelapa sawit. Pengembangan hubungan kerja baru dengan indutri stakeholder lain, seperti melalui forum multi-stakeholder mungkin dapat merubah kebiasaan dan memotivasi penggunaan sistem berkelanjutan. (Gnych, 2015)
Perubahan besar dalam penggunaan lahan terkait dengan tanaman penghasil minyak di wilayah tropis memiliki dampak terhadap lingkungan dalam hal emisi gas rumah kaca dan hilangnya keanekaragaman hayati, terutama di daerah hutan tropis yang beralih menjadi perkebunan kelapa sawit. Semua analisis terbaru menyimpulkan bahwa tanaman kelapa sawit dan kedelai, bersama dengan industri olahan daging sapi dan kertas pulp merupakan 4 komoditas utama yang paling berkontribusi terhadap produksi gas rumah kaca melalui perubahan penggunaan lahan yang pada gilirannya menempati sebesar 15% dari keseluruhan emisi gas rumah kaca. (Byerlee, 2016)
Bank dan lembaga keuangan memainkan peran penting dalam mempromosikan produksi dan perdagangan minyak sawit berkelanjutan. Pada umumnya, bank yang berlangganan dengan Prinsip Equator (merupakan satu set standar sukarela untuk menentukan, menilai risiko lingkungan dan sosial dalam proyek) telah menempatkan kebijakan dan prosedur untuk investasi berkelanjutan pada sektor tersebut. Bank Dunia menjadi katalis untuk pengembangan awal industri kelapa sawit di banyak negara berkembang terutama Indonesia dan Malaysia dan menjadi penggerak utama pada perkebunan kelapa sawit berkelanjutan. Strategi baru pada keterlibatan masing-masing sektor menarik Bank Dunia menetapkan pembiayaan masa depan untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit oleh sektor publik dan swasta harus konsisten dengan prinsip keberlanjutan seperti RSPO P&C (Roundtable on Sustainable Palm Oil Princple & Criteria/ Prinsip dan Kriteria Asosiasi Minyak Kelapa Sawit Berkelanjutan) dan kepatuhan penuh pada Standard Performance untuk keberlanjutan sosial dan lingkungan. (Lai, 2015)
Tanah liat dengan struktur yang baik, tanah liat berpasir, lempung liat dan lempung liat berdebu dianggap sebagai tanah yang ideal untuk ditanami kelapa sawit. Sistem perakaran kelapa sawit perlu dikembangkan dengan baik. Masalah tentang akar dan tanah biasanya hanya mengenai volume perakaran yang tidak memadai. Pengamatan di daerah Nigeria Selatan menunjukkan bahwa akar kelapa sawit dapat tumbuh hingga kedalaman beberapa meter pada media tanah liat berpasir. Meskipun kerapatan akar sangat kecil di kedalaman tanah. Hampir semua akar halus berada pada kedalaman 1 meter dengan konsentrasi terbesar pada kedalaman 30 cm. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan kedalaman tanah efektif 50 cm jika suplai mineral, oksigen dan air diberikan dengan baik.
(Corley, 2015)
DAFTAR PUSTAKA:
Byerlee D, Falcon W P, Naylor R L, 2016. The Tropical Oil Crop Revolution: Food, Feed, Fuel, & Forests. Oxford University Press, UK.
Corley R H V, Tinker P B, 2015. The Oil Palm: Fifth Edition. John Willey & Sons, Ltd., West Sussex,UK.
Gnych S M, Limberg G, Paoli G, 2015.Risky Business: Motivating Uptake and Implementation of Sustainability Standards in the Indonesian Palm Oil Sector. Center for International Forestry Resourches (CIFOR), Bogor, Indonesia.
Luque R, Carol Sze Ki Lin, Wilson K, Clark J, 2016. Handbook of Biofuels Production: Processes and Technologies Second Edition. Woodhead Publishing Series in Energy: Number 98. Duxford, UK.
Oi-Ming Lai, Chin-Ping Tan, Akoh C C, 2015. Palm Oil: Production, Processing, Characterization, and Uses. AOCS Press, USA.
White A, Rainer H, Lanjouw A, 2015. State of the Apes: Industrial Agriculture and Ape Conservation. Cmbridge University Press, UK.
Asosiasi minyak kelapa sawit (RSPO) berjanji untuk meningkatkan permintaan global dan standar kredibilitas. Beberapa stakeholder mengakui bahwa standar global pihak swasta kemungkinan tidak dilengkapi dengan respon efektif untuk membedakan konteks sosioekologi sehingga hasilnya tidak menjangkau perubahan pangsa pasar dan mengatasi kegiatan deforestasi pada skala yang dibutuhkan agar cukup berdampak positif di planet ini. Saat ini, kepala RSPO punya andil besar dengan membawa produsen minyak kelapa sawit terbesar, agen cleanser serta industri makanan ke bisnis agrofuel negara-negara Barat. Pada prosesnya, RSPO menekan perusahaan tersebut agar dapat mengadopsi upaya perlindungan lingkungan dan sosial secara lebih ketat untuk memastikan kecocokan dengan nilai dan tujuan standar fundamental negara Barat, sebagaimana yang diatur oleh Uni Eropa. (White, 2015)
Temuan kami menunjukkan bahwa hubungan stakeholder dengan jumlah resiko yang ditanggung menjadi motivasi yang jauh lebih kuat pada perubahan sektor minyak kelapa sawit. Resiko bisnis dan finansial yang menyebabkan konflik komunitas serta resiko perniagaan yang menyerang reputasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) merubah pola kerja yang kerap digunakan. Aturan yang diterapkan oleh pemerintah daerah dan perlindungan politik di Indonesia menjadi penahan diberlakukannya standar sistem berkelanjutan pada praktik bisnis minyak kelapa sawit. Pengembangan hubungan kerja baru dengan indutri stakeholder lain, seperti melalui forum multi-stakeholder mungkin dapat merubah kebiasaan dan memotivasi penggunaan sistem berkelanjutan. (Gnych, 2015)
Perubahan besar dalam penggunaan lahan terkait dengan tanaman penghasil minyak di wilayah tropis memiliki dampak terhadap lingkungan dalam hal emisi gas rumah kaca dan hilangnya keanekaragaman hayati, terutama di daerah hutan tropis yang beralih menjadi perkebunan kelapa sawit. Semua analisis terbaru menyimpulkan bahwa tanaman kelapa sawit dan kedelai, bersama dengan industri olahan daging sapi dan kertas pulp merupakan 4 komoditas utama yang paling berkontribusi terhadap produksi gas rumah kaca melalui perubahan penggunaan lahan yang pada gilirannya menempati sebesar 15% dari keseluruhan emisi gas rumah kaca. (Byerlee, 2016)
Bank dan lembaga keuangan memainkan peran penting dalam mempromosikan produksi dan perdagangan minyak sawit berkelanjutan. Pada umumnya, bank yang berlangganan dengan Prinsip Equator (merupakan satu set standar sukarela untuk menentukan, menilai risiko lingkungan dan sosial dalam proyek) telah menempatkan kebijakan dan prosedur untuk investasi berkelanjutan pada sektor tersebut. Bank Dunia menjadi katalis untuk pengembangan awal industri kelapa sawit di banyak negara berkembang terutama Indonesia dan Malaysia dan menjadi penggerak utama pada perkebunan kelapa sawit berkelanjutan. Strategi baru pada keterlibatan masing-masing sektor menarik Bank Dunia menetapkan pembiayaan masa depan untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit oleh sektor publik dan swasta harus konsisten dengan prinsip keberlanjutan seperti RSPO P&C (Roundtable on Sustainable Palm Oil Princple & Criteria/ Prinsip dan Kriteria Asosiasi Minyak Kelapa Sawit Berkelanjutan) dan kepatuhan penuh pada Standard Performance untuk keberlanjutan sosial dan lingkungan. (Lai, 2015)
Tanah liat dengan struktur yang baik, tanah liat berpasir, lempung liat dan lempung liat berdebu dianggap sebagai tanah yang ideal untuk ditanami kelapa sawit. Sistem perakaran kelapa sawit perlu dikembangkan dengan baik. Masalah tentang akar dan tanah biasanya hanya mengenai volume perakaran yang tidak memadai. Pengamatan di daerah Nigeria Selatan menunjukkan bahwa akar kelapa sawit dapat tumbuh hingga kedalaman beberapa meter pada media tanah liat berpasir. Meskipun kerapatan akar sangat kecil di kedalaman tanah. Hampir semua akar halus berada pada kedalaman 1 meter dengan konsentrasi terbesar pada kedalaman 30 cm. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan kedalaman tanah efektif 50 cm jika suplai mineral, oksigen dan air diberikan dengan baik.
(Corley, 2015)
DAFTAR PUSTAKA:
Byerlee D, Falcon W P, Naylor R L, 2016. The Tropical Oil Crop Revolution: Food, Feed, Fuel, & Forests. Oxford University Press, UK.
Corley R H V, Tinker P B, 2015. The Oil Palm: Fifth Edition. John Willey & Sons, Ltd., West Sussex,UK.
Gnych S M, Limberg G, Paoli G, 2015.Risky Business: Motivating Uptake and Implementation of Sustainability Standards in the Indonesian Palm Oil Sector. Center for International Forestry Resourches (CIFOR), Bogor, Indonesia.
Luque R, Carol Sze Ki Lin, Wilson K, Clark J, 2016. Handbook of Biofuels Production: Processes and Technologies Second Edition. Woodhead Publishing Series in Energy: Number 98. Duxford, UK.
Oi-Ming Lai, Chin-Ping Tan, Akoh C C, 2015. Palm Oil: Production, Processing, Characterization, and Uses. AOCS Press, USA.
White A, Rainer H, Lanjouw A, 2015. State of the Apes: Industrial Agriculture and Ape Conservation. Cmbridge University Press, UK.
Comments
Post a Comment