Kelinci termasuk ke dalam suku Lagomorpha dan terbagi menjadi 2 (dua) famili, yaitu: Leporidae dengan anggotanya dari jenis rabbit dan hare. Lalu, Ochotonidae dari jenis rock rabbit atau sering disebut pika. Terdapat 3 genus dari Lagomorpha yakni, Lepus (hare), Sylvilagus (kelinci ekor kapas asal Amerika), dan Oryctolagus (kelinci liar Eropa dan domestik). Kelinci liar asal Eropa dan kelinci domestik mengarah pada Oryctolagus cuniculus. Mayoritas kelinci tidak melakukan kawin silang (interbreed).
Hare (Terwelu) dan Kelinci banyak berasal dari berbagai belahan dunia, terkecuali Australasia dan Madagaskar. Di Asia Tenggara, terwelu diwakili oleh Lepus peguensis (kelinci Siam) yang terdapat di Myanmar, Thailand (selain daerah semenanjung), Laos, Vietnam, dan Kamboja. Cirinya berbintik coklat-kemerahan dengan warna perut pucat, ekor belang dan sering kali dijumpai di alam terbuka. Spesies kelinci domestik asal Sumatra termasuk pada jenis kelinci bergaris dan tersebar pada kawasan Indocina di dalam rimba hutan yang lebat. Terdapat juga dua spesies pika (Ochotona sp.) yang dapat dijumpai di Myanmar bagian utara.
Di Indonesia terdapat kelinci lokal yang ukurannya lebih kecil dari kelinci impor. Kelinci-kelinci lokal ini memiliki laju pertumbuhan yang lambat, bobot dewasa 0,9-1,2 kg. Bulunya sangat bagus, coraknya kombinasi antara putih dan hitam. Bobot kelinci lokal mungkin dapat diperbaiki lewat pemuliaan.
Sifat kelinci lokal yang tahan penyakit dan memiliki toleransi tinggi terhadap panas dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan ras atau galur baru yang sesuai dengan kondisi iklim di Indonesia.
Kompetensi peternakan kelinci:
Kelinci memiliki potensi besar sebagai ternak penghasil daging. Secara teoretis sepasang induk kelinci dapat menghasilkan 80 kg daging dalam setahun. Hal ini berdasarkan daya produksi kelinci menghasilkan anak, dan kemampuan kelinci mengonsumsi pakan yang tidak dimanfaatkan manusia dan ternak industry intensif seperti ayam ras petelur dan pedaging.
Satu pasang kelinci umur 5-6 bulan dalam setahun akan melahirkan 4-5 kali. Setiap satu kali kelahiran akan menghsilkan rata-rata enam ekor anak. Bila setahun melahirkan empat kali, akan diperoleh anak 4x6 ekor = 24 ekor.
Bila 50% anak dijadikan induk baru, akan diperoleh 15 ekor induk baru atau enam pasang induk baru. Jika dari enam pasang induk baru tersebut pada enam tahun pertama melahirkan tiga kali (per pasang induk menghasilkan anak enam ekor sehingga diperoleh 18 ekor induk muda), akan diperoleh 108 ekor induk muda.
Anak dipisahkan ketika berumur 28 hari setelah dilahirkan. Anak yang disapih pada umur itu berukuran kecil dan kondisi karkasnya pun kurang memuaskan dibandingkan anak yang disapih setelah berumur 42-56 hari. Namun, penyapihan lebih awal tersebut memungkinkan jumlah litter yang lebih banyak dalam masa setahun. Selain itu, disapih umur berapapun, anak kelinci biasanya dipotong setelah berumur 56 hari.
Dengan mempersingkat masa menyusui dari 56 hari menjadi 28 hari, kelahiran kelinci dapat ditingkatkan menjadi delapan kali setahun. Kalau rata-rata menghasilkan enam ekor anak, dalam setahun dari satu pasang induk dapat diperoleh kelinci 8x6 ekor = 48 ekor anak.
Daftar Pustaka:
Francis C M. 2017. Mammals of South-east Asia. Bloomsbury Publishing Plc,
Gillespie J R, Flanders F B. 2009. Modern Livestock & Poultry Production: 8th Edition. DELMAR Cengage Learning.
Sarwono B. 2002. Kelinci Potong & Hias. PT AgroMedia Pustaka.
Hare (Terwelu) dan Kelinci banyak berasal dari berbagai belahan dunia, terkecuali Australasia dan Madagaskar. Di Asia Tenggara, terwelu diwakili oleh Lepus peguensis (kelinci Siam) yang terdapat di Myanmar, Thailand (selain daerah semenanjung), Laos, Vietnam, dan Kamboja. Cirinya berbintik coklat-kemerahan dengan warna perut pucat, ekor belang dan sering kali dijumpai di alam terbuka. Spesies kelinci domestik asal Sumatra termasuk pada jenis kelinci bergaris dan tersebar pada kawasan Indocina di dalam rimba hutan yang lebat. Terdapat juga dua spesies pika (Ochotona sp.) yang dapat dijumpai di Myanmar bagian utara.
Di Indonesia terdapat kelinci lokal yang ukurannya lebih kecil dari kelinci impor. Kelinci-kelinci lokal ini memiliki laju pertumbuhan yang lambat, bobot dewasa 0,9-1,2 kg. Bulunya sangat bagus, coraknya kombinasi antara putih dan hitam. Bobot kelinci lokal mungkin dapat diperbaiki lewat pemuliaan.
Sifat kelinci lokal yang tahan penyakit dan memiliki toleransi tinggi terhadap panas dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan ras atau galur baru yang sesuai dengan kondisi iklim di Indonesia.
Kompetensi peternakan kelinci:
Kelinci memiliki potensi besar sebagai ternak penghasil daging. Secara teoretis sepasang induk kelinci dapat menghasilkan 80 kg daging dalam setahun. Hal ini berdasarkan daya produksi kelinci menghasilkan anak, dan kemampuan kelinci mengonsumsi pakan yang tidak dimanfaatkan manusia dan ternak industry intensif seperti ayam ras petelur dan pedaging.
Satu pasang kelinci umur 5-6 bulan dalam setahun akan melahirkan 4-5 kali. Setiap satu kali kelahiran akan menghsilkan rata-rata enam ekor anak. Bila setahun melahirkan empat kali, akan diperoleh anak 4x6 ekor = 24 ekor.
Bila 50% anak dijadikan induk baru, akan diperoleh 15 ekor induk baru atau enam pasang induk baru. Jika dari enam pasang induk baru tersebut pada enam tahun pertama melahirkan tiga kali (per pasang induk menghasilkan anak enam ekor sehingga diperoleh 18 ekor induk muda), akan diperoleh 108 ekor induk muda.
Anak dipisahkan ketika berumur 28 hari setelah dilahirkan. Anak yang disapih pada umur itu berukuran kecil dan kondisi karkasnya pun kurang memuaskan dibandingkan anak yang disapih setelah berumur 42-56 hari. Namun, penyapihan lebih awal tersebut memungkinkan jumlah litter yang lebih banyak dalam masa setahun. Selain itu, disapih umur berapapun, anak kelinci biasanya dipotong setelah berumur 56 hari.
Dengan mempersingkat masa menyusui dari 56 hari menjadi 28 hari, kelahiran kelinci dapat ditingkatkan menjadi delapan kali setahun. Kalau rata-rata menghasilkan enam ekor anak, dalam setahun dari satu pasang induk dapat diperoleh kelinci 8x6 ekor = 48 ekor anak.
Daftar Pustaka:
Francis C M. 2017. Mammals of South-east Asia. Bloomsbury Publishing Plc,
Gillespie J R, Flanders F B. 2009. Modern Livestock & Poultry Production: 8th Edition. DELMAR Cengage Learning.
Sarwono B. 2002. Kelinci Potong & Hias. PT AgroMedia Pustaka.
Comments
Post a Comment