Area pasang surut air laut sering kali dijadikan sebagai daerah wisata jika memiliki karakteristik keindahan dan bernilai estetika. Akan berbeda dengan di daerah yang jauh dari perkotaan dan sulit dijangkau, atau pantai dengan pasir hitam yang biasanya sepi peminat. Tanah di pantai dengan kondisi seperti ini dapat dikatakan sangat layak untuk dijadikan sentra ladang penggaraman.
Bahan dasar proses pembuatan garam adalah air laut yang ditampung dalam ladang-ladang garam. Ladang tersebut terletak di pesisir pantai landai dengan memanfaatkan bantuan pemanasan alam oleh sinar matahari sehingga menghasilkan kristal garam.
Ladang garam tradisional di area pasang surut air laut biasanya menggunakan gelombang pasang untuk menerima masukan air laut yang mengandung garam. Kecepatan pengeringan garam bergantung dengan terik matahari dan angin. Arah angin biasanya berkaitan dengan awan penghasil hujan. Di kala hujan, garam yang dihasilkan turun kwalitasnya karena tercampur dengan air hujan.
Penggunaan Geomembran pada Ladang Garam
Air laut yang disedot dan dimasukkan ke ladang garam suhunya hanya 3°C. Suhu itu harus terus dinaikkan. Caranya, air diputar-putar (dialirkan) dari satu petak ke petak lain sampai suhunya mencapai 20°C. Semua itu menggunakan panas matahari. Dalam proses pindah-memindah air laut ini terjadi juga pengendapan unsur-unsur kimia seperti Fe, CaCo3 dan CaSulfat. Zat tersebut harus ditinggal agar mutu garam menjadi lebih baik. Artinya, dengan mengurangi zat-zat tersebut NaCl dalam garam bisa sangat tinggi.
Di masa modern, pabrik garam berkembang pesat dengan peningkatan mutu dan kwalitas garam. Banyak perusahaan penghasil garam yang menambahkan ion Iodium pada garam pabriknya sehingga mineral yang terdapat di dalam garam bertambah. Keuntungan dari ladang garam modern adalah adanya system irigasi air laut sehingga ladang yang digunakan memiliki cakupan yang lebih luas dari metode tradisional.
DAFTAR PUSTAKA:
Iskan D, 2013. Memasuki Era BUMN Mutinational Coorporation. PT. Elex Media Komputindo, Gramedia, Jakarta.
Santosa A, 2014. The Jokowi Secrets. Gradien Mediatama, Yogyakarta
Sembiring N, Subroto M A. Terapi Sari Air Laut: Untuk Kesehatan, Kecantikan dan Pengobatan Penyakit Degeneratif. PenebarPlus+
Bahan dasar proses pembuatan garam adalah air laut yang ditampung dalam ladang-ladang garam. Ladang tersebut terletak di pesisir pantai landai dengan memanfaatkan bantuan pemanasan alam oleh sinar matahari sehingga menghasilkan kristal garam.
Ladang garam tradisional di area pasang surut air laut biasanya menggunakan gelombang pasang untuk menerima masukan air laut yang mengandung garam. Kecepatan pengeringan garam bergantung dengan terik matahari dan angin. Arah angin biasanya berkaitan dengan awan penghasil hujan. Di kala hujan, garam yang dihasilkan turun kwalitasnya karena tercampur dengan air hujan.
Penggunaan Geomembran pada Ladang Garam
Air laut yang disedot dan dimasukkan ke ladang garam suhunya hanya 3°C. Suhu itu harus terus dinaikkan. Caranya, air diputar-putar (dialirkan) dari satu petak ke petak lain sampai suhunya mencapai 20°C. Semua itu menggunakan panas matahari. Dalam proses pindah-memindah air laut ini terjadi juga pengendapan unsur-unsur kimia seperti Fe, CaCo3 dan CaSulfat. Zat tersebut harus ditinggal agar mutu garam menjadi lebih baik. Artinya, dengan mengurangi zat-zat tersebut NaCl dalam garam bisa sangat tinggi.
Di masa modern, pabrik garam berkembang pesat dengan peningkatan mutu dan kwalitas garam. Banyak perusahaan penghasil garam yang menambahkan ion Iodium pada garam pabriknya sehingga mineral yang terdapat di dalam garam bertambah. Keuntungan dari ladang garam modern adalah adanya system irigasi air laut sehingga ladang yang digunakan memiliki cakupan yang lebih luas dari metode tradisional.
Garam 'Si Emas Putih'
Pada abad pertengahan, garam adalah komoditas penting. Di wilayah Mediterania dan Laut Merah hingga Mesopotamia, Afrika Utara, India dan China garam lebih mahal daripada emas. Harga yang mahal membuat garam dijuluki "emas putih". Garam memang fenomenal memasuki tahun 1800-an harga emas putih itu masih empat kali lebih mahal dari harga daging sapi. Bahkan menjelang abad ke-20, cetakan garam masih digunakan di Abyssinia (sekarang Ethiopia) sebagai alat transaksi di pasar tradisional.
DAFTAR PUSTAKA:
Iskan D, 2013. Memasuki Era BUMN Mutinational Coorporation. PT. Elex Media Komputindo, Gramedia, Jakarta.
Santosa A, 2014. The Jokowi Secrets. Gradien Mediatama, Yogyakarta
Sembiring N, Subroto M A. Terapi Sari Air Laut: Untuk Kesehatan, Kecantikan dan Pengobatan Penyakit Degeneratif. PenebarPlus+
Comments
Post a Comment