Skip to main content

Mengolah Limbah Buah dan Sayuran

Residu buah dan sayuran maupun pada pengolahan limbah keduanya kaya akan selulosa, hemiselulosa, pektin serta mineral dan mengandung konsentrasi lignin yang sangat rendah dibandingkan dengan residu tanaman seperti: limbah jagung, jerami padi & gandum, dll. Karateristik tersebut membuat limbah olahan buah dan sayur ideal untuk produksi enzim. Kegiatan produksi secara industri mengenai limbah buah dan sayuran sudah banyak diberitakan namun untuk produksinya secara komersil/umum belum sampai pada tahap perencanaan. Para aktor pertanian mempelajari sendiri produksi enzim dan mikroorganisme semacam ini melalui beberapa guru pertanian maupun dari artikel terkait. Hanya sedikit jenis buah dan sayuran dari limbah organik ini yang mendapatkan perlakuan pengolahan lebih lanjut agar tetap dapat berguna bagi kegiatan pertanian. Selebihnya limbah hanya akan ditimbun di dalam tanah agar lebih cepat teruraikan.

Alasan Mengolah Limbah Buah dan Sayuran
        Konversi pada pengolahan limbah buah dan sayuran yang melimpah menjadi produk bernilai tambah merupakan pilihan yang tepat dan berkelanjutan untuk mengurangi pencemaran lingkungan, meningkatkan keamanan energi dan mengurangi emisi gas rumah kaca. Oleh karena itu, pemanfaatan pada pengolahan limbah ini merupakan kebutuhan dan tantangan bagi industri makanan dan memerlukan pertimbangan pertama dan terutama untuk pembuatan unit kerja yang layak secara finansial melalui product-recovery/recycling sehingga tetap bernilai tambah. Kegiatan eksploitasi pada pengolahan limbah buah dan sayuran untuk memperoleh pengayaan mineral merupakan wadah yang menjanjikan untuk ranah penelitian. (Dhillon, 2016)

Fermentasi bentuk Padatan/Solid
        Fermentasi terhadap struktur padatan biasanya menggunakan bahan yang tidak larut dalam air untuk mempengaruhi pertumbuhan dan metabolisme mikroba. Proses berlangsung dalam bentuk padatan atau setengah-padat dengan kadar air lebih rendah dari proses fermentasi rendaman. Banyak produk potensial dari residu buah dan sayuran yang telah dikembangkan menggunakan fermentasi padatan, seperti: etanol, metana, asam laktat, asam sitrat, jamur, enzim dan beberapa bahan makanan. (Waldron, 2009)

Limbah Sayuran dan Buah bentuk Cair, Segar dan Basah 
        Limbah cair pengolahan pangan umumnya mempunyai kandungan nitrogen yang rendah, BOD (Biological Oxygen Demand/Kebutuhan Oksigen Biologis) dan padatan tersuspensi tinggi, dan berlangsung dengan proses dekomposisi cepat. Beberapa jenis limbah seperti pada pengolahan bit mempunyai warna yang intensif. Limbah cair segar mempunyai pH mendekati netral dan selama penyimpanan pH menjadi turun. Selain kandungan organik, limbah dari pengolahan buah dan sayuran dapat mengandung polutan seperti tanah, larutan alkali, panas/kalor dan insektisida. (Jenie, 1993)

         Limbah basah bisa dimanfaatkan untuk bahan campuran ransum ternak monogastrik (hewan berlambung tunggal) seperti ayam, itik atau babi. Secara fisik komposisi limbah kering masih lebih banyak tetapi limbah basah juga perlu dikelola. Sebab jika tidak dikelola justru limbah ini akan menghasilkan aroma yang lebih busuk dibandingkan dengan limbah kering. Prosesnya dilakukan dengan memisahkan limbah organik basah, peras airnya, lalu jemur hingga mengering. (Guntoro, 2013)

DAFTAR PUSTAKA:
Dhillon G S, Kaur S, 2016. Agro-Industrial Wastes as Feedstock for Enzyme Production: Apply and Exploit the Emerging and Valuable Use of Options of Waste Biomass. Academic Press, UK.
Guntoro S, 2013. Membuat Pakan Ternak dan Kompos dari Limbah Organik. AgroMedia Pustaka, Jakarta Selatan.
Jenie B S L, Rahayu W P, 1993. Penanganan Limbah Industri Pangan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Waldron K, 2009. Handbook of Waste Management and Co-product Recovery in Food Processing Volume 2. CRC Press, Washington, DC

Comments

Popular posts from this blog

Perbedaan istilah kebun, sawah, ladang dan taman

     Kebun adalah istilah yang digunakan untuk menamai suatu bentangan lahan pertanian yang memiliki cakupan area yang luas. Karakteristik yang menonjol adalah komoditi yang ditanam sejenis dengan kapasitas pengelolaan lahan yang tinggi. Tenaga kerja tergolong ahli sehingga tiap orang dapat menangani area pertanian yang luas. Nama ini lebih sering kita jumpai dengan penyebutan kata "perkebunan".      Sawah adalah lahan pertanian terarah dengan komoditi pertaniannya didominasi tanaman-tanaman jenis serealia. Di Indonesia, lahan persawahan sangat dikenal dengan tanaman padinya. Lahan pertanian untuk tanaman serealia diusahakan pada bentangan yang datar karena jenis tanaman ini mudah rubuh jika terkena tiupan angin kencang.      Ladang adalah jenis tanah tidur yang masih dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian dengan komoditi umumnya sejenis palawija. Tanaman palawija tahan terhadap cuaca yang cenderung kering. Ladang memiliki kelebihan karena lokasinya dapat ditempatkan

Legalisasi industri mebel

     Legalisasi (pengesahan) permebelan menjadi bukti bahwasanya produk yang dihasilkan dari proses pengolahan dalam kegiatan manufaktur bahan baku kayu olahan berasal dari jalur yang aman tanpa memberikan efek kerusakan pada alam seperti ilegal logging / pembalakan liar, pencurian kayu industri, penggelapan bahan baku perkayuan serta kegiatan yang berpotensi merusak alam lainnya. Berikut merupakan syarat dan data perizinan yang berlaku di Indonesia: A. Industri Mebel 1. Surat Izin Usaha Perdagangan / SIUP Landasan Hukum: Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 36/M-DAG/PER/9/2007 Persyaratan Permohonan Izin: untuk Perusahaan yang berbentuk CV. dan Firma, - Fotokopi Akta Notaris Pendirian Perusahaan / Akta Notaris yang telah didaftarkan di Pengadilan Negeri - Fotokopi Kartu Tanda Penduduk/KTP Pemilik atau Pengurus atau Penanggungjawab Perusahaan - Surat Pernyataan dari Pemohon SIUP tentang lokasi usaha Perusahaan  - Foto Pemilik atau Pengurus atau Penang

Dekomposisi, Kontaminasi, Fermentasi dan Preservasi pada makanan

    Pembusukan / kerusakan produk makanan adakalanya berasal dari dekomposisi dan terkadang melalui kontaminasi zat tertentu. Keduanya mengalami perubahan kandungan nutrisi, tetapi dibedakan dengan adanya dekomposer dan zat kontaminan.     Dekomposer mengacu pada organisme yang dapat mempercepat terjadinya dekomposisi. Sedangkan, Zat kontaminan merupakan suatu zat yang tertambahkan dalam objek sehingga terjadi kontaminasi.     Organisme pendekomposisi diantaranya semut, belatung, jamur, dan bakteri. Perubahan nutrisi ditandai dengan berkurangnya protein terkandung akibat dekomposer dan muncul bau tidak sedap.     Kontaminasi bisa berasal dari organisme, zat kimia, maupun benda fisik yang jika termakan / dikonsumsi dapat mengakibatkan gangguan kesehatan bagi manusia. Gejala dan akibat yang ditimbulkan berbeda-beda, mulai dari mual hingga beresiko kanker.     Fermentasi pada umumnya, merupakan proses pengawetan dengan bantuan ragi. Glukosa dalam bahan baku makanan dirombak menghasil